Gedung Siola: Si Merah Yang Kian Merona
- Aghsara Advertising Agency
- Jan 1, 2023
- 2 min read
Updated: Jan 5, 2023
Dulu Pertokoan Yang Tampak Usang Sekarang Semakin Gemilang

Indahnya Gedung Siola yang menjadi pusat pelayanan publik di daerah Jalan Tunjungan Surabaya
Bagi masyarakat Surabaya sudah tak asing dengan Gedung Siola. Bangunan yang terletak di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya ini tak hanya dikenal sebagai salah satu ikon kota. Namun ada sejarah yang tercatat dari masa ke masa.
Dahulu, Tunjungan dikenal dengan nama Petoenjoengan yang menjadi sebuah penghubung dari Kota Lama (terletak di sekitar Jembatan Merah) dan Kota Baru (terletak sekitar Gubeng dan Darmo). Lambat laun, jalanan ini sering dijadikan sebagai tempat tren shopping yang ramai di kalangan masyarakat Surabaya. Oleh karenanya, pasti tak asing dengan lagu daerah yang berjudul “Rek Ayo Rek”
Gedung Siola dahulu dikenal sebagai sebuah toko serba ada di tahun 1877, yang dibangun oleh seorang investor Inggris bernama Robert Laidlaw. Gedung Siola dibangun dan dipergunakan sebagai pusat jual beli grosir bernama, “Het Engelsche Warenhuis,” yang memiliki arti Toko Serba Ada Inggris. Dan di tahun 1935, toko tersebut bangkrut karena pendirinya telah meninggal dunia.
Dan di tahun 1935, Jepang masuk ke Surabaya dan mengambil alih bangunan tersebut dan berganti nama menjadi Toko Chiyoda, yang merupakan toko tas dan koper terbesar di Surabaya.
Setelah mengetahui masa kejayaan Gedung Siola di jaman kala itu, perlu kalian tahu bahwa gedung ini sempat terbakar pada November 1945, lantaran gedung tersebut digunakan sebagai markas pertahanan rakyat Surabaya dari pasukan sekutu. Sehingga pada perang November tersebut, masyarakat Surabaya diserang habis-habisan dan gedung tersebut rusak dan terbakar. Hingga di tahun 1950, Presiden pertama Indonesia mengambil alih gedung tersebut dan menjadi aset dari Pemerintah Kota Surabaya.

Potret Kuno Hiruk Pikuk di Area Gedung Siola di Masa Lalu
Setelah melalui kejadian yang cukup menyedihkan, di tahun 1960 ada lima orang pengusaha bernama Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Aang menandatangi kontrak gedung tersebut dari Pemkot Surabaya dan menjadikannya sebagai pusat grosir yang diberi nama SIOLA yang dikenal hingga sekarang.
Namun, Siola sendiri terpaksa gulung tikar di tahun 1998 karena kalah saing dengan pusat perbelanjaan lainnya yang mulai muncul seperti, Pasar Atum, Pasar Turi, Plaza Surabaya, dan Tunjungan Plaza. Tak lama dari situ, Gedung Siola sempat berganti nama menjadi Tunjungan Electronic Center (TEC) sebagai pusat perjualan barang elektronik, hingga pada akhirnya pun meredup dan tutup.
Setelah TEC tutup, gedung tersebut juga sempat kembali digunakan sebagai pusat perbelanjaan Ramayana yang pada akhirnya gulung tikar juga di tahun 2008 karena sepi pengunjung.
Lama mangkrak, pada akhirnya di tahun 2015, Walikota Surabaya saat itu Tri Rismaharini mengubah gedung mangkrak tersebut menjadi sebuah Museum Surabaya. Dan kini, gedung tersebut semakin terjaga dan terawat lantaran dikelola dengan baik oleh Pemkot Surabaya menjadi Mal Pelayanan Publik dan Surabaya Kriya Galeri yang menjadi tempat para UMKM Binaan Pemkot Surabaya memperjualkan produknya.

Para pelancong wajib datang ke Gedung Siola untuk berbelanja di pusat UMKM "Surabaya Kriya" dan menikmati kopi sambil melihat lalu lintas metropolitan Kota Surabaya
Hingga kini, Gedung Siola jauh dari kesan suram dan tak terawat. Oleh karenanya, kamu sangat dianjurkan untuk mampir ke Gedung Siola ini saat berkunjung ke Surabaya.
Alamat: Jalan Tunjungan No.1, Genteng, Surabaya, Jawa Timur
Jam Operasional: Setiap hari pukul 10.00-22.00 WIB
Comments